Senin, 05 Mei 2008

Gula & Garam

Seorang kakak mentor membuka sesi mentoringnya dengan menyodorkan dua tumpukan benda pada adik-adik mentornya, sebagian besar adalah siswa SMA :

Satu tumpukan adalah Gula Putih
Satu tumpukan lagi adalah Garam Putih

“Kalo temen-temen disuruh milih diantara dua tumpukan ini, mana yang temen-temen pilih ?”
Setelah berfikir singkat, ternyata pilihan para adik mentor beragam :
“Kalo saya mah, gula aja kak ...”
“Saya sih gula juga ...”
“Hmm, saya garam ah ...”
“Garam !!!”
“Gula aja deh ... enak ..”

Sang kakak mentor tersenyum, lalu mengeluarkan botol aqua berisi air, sebuah sendok, sebuah gelas plastik merah jambu yang sedikit besar serta lima buah gelas plastik yang sedikit lebih kecil.

“OK, sekarang silahkan ambil masing-masing satu sendok gula atau garam, sesuai dengan pilihan kalian, kemudian masukkan ke dalam gelas berisi air ini...”

Setelah semuanya melakukan permintaan sang kakak mentor, air pun diaduk. Ketika gula dan garam melarut ke air aqua di dalam gelas besar, sang kakak mentor membagi rata lima air tadi ke dalam lima gelas yang lebih kecil. Masing-masing disodorkan kepada adik mentornya.

“Sekarang cicipin yook ...”

Sambil meminta, sang kakak mentor mencontohkan terlebh
dahulu.

Mungkin karena perbandingan gula dan garam 3 : 2, maka rasa air menjadi aneh, adik-adik mentor cuma tahan satu cicipan, karena rasanya seperti oralit.

“Hweeek ...”

Suasana jadi riuh rendah ...

Setelah tenang, sang kakak mentor pun berkata ...

“Enak gak ?”

“Hmm, nano-nano, manis, asin ... gak enak ...”
“Wah, kakak ngerjain ya ...’
“ .....”

Sang kakak mentor kemudian membuang air berisi campuran garam dan gula itu. Mengisi gelas besar dengan air dan melarutkan hanya gula manis ke dalamnya. Dibagikannya kembali ke dalam lima gelas kecil tadi, yang tentu saja sudah dikosongkan. Tapi anehnya hanya mereka yang memilih gula yang mendapatkan air manis itu.

“Nih ... untuk menghilangkan sepet ...”
“Wah kak, kami juga mau dooong ...”
“Lho kan kalian milih garam ...”
“Hwaaaa ...”

Tapi dengan senyum, sang kakak menyodorkan kembali dua gelas berisi air manis yang tersisa. Sambil minum, sang kakak kemudian berkata ..

“Kalau begitu, gula lebih bermanfaat dari garam dong?”

Beberapa adik mentor menjawab hampir serentak,
“Ya nggak dong kak, kebetulan aja kita lagi pengen ngilangin sepet di mulut”
“Ya gimana kondisinya dooong ...”

Kakak mentor seakan tercenung, lalu bertanya lagi ...
“Kalo garam dan gula yang ane bawa ini ane lempar ke kolam gede disana, kira-kira yang terjadi apa ya ?

“Waaah, gak ngaruh doong kak ...”

“Ooo ... gitu ya ...”

“Ya”

“Nah itulah contohnya, Islam dan berbagai gerakan atau golongan yang mengusung Islam ...”

“Maksud kakak ?”

“Ketika kalian tadi memilih gula atau garam, tentu yang jadi pertimbangan adalah pendapat masing-masing kalian, pemikiran personal dan asosiasi pribadi.”

Sang kakak melanjutkan ...

“Ketika seseorang memilih untuk bergabung ke suatu gerakan Islam yang manapun, maka sebagian besar yang jadi pertimbangan SEHARUSNYA, SEBENARNYA adalah
pertimbangan pribadinya.”

Adik mentornya mengangguk-angguk, sang kakak melanjutkan

“Ketika ana Cuma menyodorkan air manis kepada mereka yang memilih gula, dua diantara kalian protes, minta air manis juga, padahal yang mereka pilih adalah
garam”

“Lalu kalian bilang hal itu kondisional, betul...”

“Naik turunnya sebuah gerakan Islam, beken atau tidaknya, seringkali bergantung pada kebutuhan dan tantangan yang terjadi di tempat gerakan itu berada,
bisa jadi keadaan di suatu tempat membutuhkan garam
sementara di tempat lain dan kondisi lain lebih membutuhkan gula ...”

Wajah para adik mentor tampak mengerti ...

“Nah, terakhir, ketika gula dan garam yang sedikit tadi kita tuangkan ke dalam kolam yang luas, maka tidak akan terjadi pengaruh apa-apa ...”

“Hikmahnya, ketika sang gula dan sang garam ego mengatakan bahwa merekalah yang paling berpengaruh, sungguh sebenarnya mereka tidak berarti apa-apa untuk
komunitas yang besar dan beragam. “

“Butuh lebih banyak garam atau gula untuk membuat air kolam terasa manis.”

“Lalu terjadilah sesuatu yang alami, perebutan pengaruh ...”

Sang kakak menggantungkan kalimatnya

“Anehnya mereka lupa, bahwa ada kalanya orang
membutuhkan gula sebagaimana orang membutuhkan garam
...”

“Tidak lengkap dapur jika hanya gula tanpa ada garam”

“Tidak enak nasi goreng jika hanya mengandalkan garam”

“Jadi kesimpulannya ...”

Seorang adik nyeletuk ...

“Mari jualan gula dan garam !!!”

“Ha ha ha ha ...”

Suasana indah sore itu kemudian dilanjutkan dengan kalimat-kalimat suci Al Quran yang dilantunkan dari bibir-bibir hamba-hamba Allah yang terus belajar memahami dinamika keummatan di kesehariannya :

Lantunan surat ukhuwah itu terdengar begitu indah bagi yang memahami maknanya:

1. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

2. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebahagian kamu terhadap sebahagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu sedangkan kamu tidak menyadari.

3. Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar.

4. Sesungguhnya orang-orang yang memanggil kamu dari luar kamar (mu) kebanyakan mereka tidak mengerti.

5. Dan kalau sekiranya mereka bersabar sampai kamu keluar menemui mereka sesungguhnya itu adalah lebih baik bagi mereka, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

6. Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu
musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.

7. Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalangan kamu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti (kemauan) kamu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu akan mendapat kesusahan tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus,

8. Sebagai karunia dan nikmat dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

9. Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap
golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.

10. Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.

11. Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari
wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah
(panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim.

12. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka
tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat
lagi Maha Penyayang.

13. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

14. Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah (kepada mereka): "Kamu belum beriman, tetapi katakanlah: "Kami telah tunduk", karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tiada akan mengurangi sedikit pun (pahala) amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".

15. Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.

16. Katakanlah (kepada mereka): "Apakah kamu akan memberitahukan kepada Allah tentang agamamu (keyakinanmu) , padahal Allah mengetahui apa yang ada dilangit dan apa yang ada di bumi dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."

17. Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: "Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar".

18. Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang gaib di langit dan di bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.

(The Holy Quran Surah Al Hujurat 1 - 18)

Sungguh delapan belas ayat yang memandu kita untuk tetap berada dalam kesejukan di tengah beragamnya perbedaan panji-panji yang kita usung. Mari hafalkan dan renungkan kembali.

Allahu ‘Alam

Tidak ada komentar: